Industri Udang

Mengapa Udang Windu Kalah Saing dengan Udang Vaname?

Yoga Pramujisunu
Yoga Pramujisunu
26 Oktober 2023
why-cant-tiger-shrimp-compete-with-vannamei-shrimp.jpg

 Foto udang windu diambil oleh Arina Ertman di Unsplash

Meredupnya kejayaan salah satu udang endemik Indonesia

Udang windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu jenis udang selain udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Udang windu memiliki nama lokal lain yaitu udang pancet, bago, pedet, menjangan, pelaspelas, tepus, sito liling, sotong, lotong, dan baratan. 

Udang yang merupakan famili Penaeidae ini memiliki ciri khas berukuran besar dengan garis-garis hitam putih di tubuhnya sehingga menyerupai corak harimau. Berbeda dengan udang vaname, udang ini merupakan udang endemik Indonesia yang keberadaannya dapat ditemukan di Australia dan Laut Tengah melalui Terusan Suez.

Penurunan produksi udang windu

Udang windu telah dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1980 dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 1993. Fenomena ini menjadikan Indonesia termasuk dalam empat besar negara pengekspor udang windu di dunia. 

Namun, pada awal tahun 1994, terjadi kematian massal di seluruh pertambakan udang windu di dunia. Hal ini disebabkan oleh serangan penyakit dan kasus penurunan kualitas air. Penyakit umum yang menyebabkan kematian massal pada saat itu adalah White Spot Syndrome Virus (WSSV)

Akibatnya, saat itu banyak petambak udang windu lebih memilih menutup usahanya dan hampir seluruh pertambakan di Indonesia menjadi tidak produktif. Produksi udang windu di Indonesia pun mengalami penurunan sebesar 82%, dari yang sebelumnya 13,37 ton per hektar per tahun menjadi 2,67 ton per hektar per tahun.

Pergeseran ke budidaya udang vaname

Dikarenakan permintaan udang di pasar yang tinggi, udang windu mulai tergantikan peranannya oleh udang vaname yang dirilis secara resmi oleh pemerintah pada tahun 2001. Udang vaname dinilai memiliki lebih banyak keunggulan daripada udang windu karena memiliki Survival Rate yang tinggi, benur yang sudah SPF (Specific Pathogen Free), mampu hidup dengan kepadatan tinggi, benur berasal dari induk yang telah terdomestikasi, lebih tahan penyakit, dan konversi pakan yang rendah. 

Dibandingkan udang windu, mencari benur udang vaname yang berkualitas juga lebih mudah karena sudah banyak produsen dalam negeri maupun luar negeri yang menyediakannya dengan skala yang cukup besar. Hingga saat ini, udang vaname masih menjadi primadona bagi para petambak karena dianggap lebih menguntungkan daripada jenis udang lainnya.

Udang windu vs. udang vaname

Meskipun telah mengalami penurunan produksi dan telah tergantikan oleh udang vaname, udang windu memiliki keunggulan harga yang lebih tinggi daripada udang vaname. Udang windu juga memiliki nilai ekonomis penting dengan kandungan gizi yang hampir sama dengan udang vaname.

Namun, dilihat dari segi keuntungan, udang vaname dinilai masih belum tertandingi baik dari aspek teknis maupun non-teknis. Hal tersebut dapat menjadi landasan bagi para peneliti perikanan maupun stakeholder terkait untuk kembali mengembangkan budidaya udang windu. Dengan demikian, kejayaan udang endemik asal Indonesia tersebut dapat kembali pula.

Referensi:

  • Arief, M., Mahasri, G., & Taufiq Mukti, A. (2019). Peningkatan Hasil panen Udang Pada Budidaya Udang tradisional di desa Permisan Kecamatan jabon Kabupaten Sidoarjo Untuk Mengurangi Waktu panen menggunakan METODE best management practice (BMP). Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 7(1), 17.
  • Nababan, Edward, Iskandar P., dan Rusliadi. 2015. Pemeliharaan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dengan Persentase Pemberian Pakan yang Berbeda. Riau: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau
  • Rachmatun dan Takarina, E.P. 2009. Panduan Budidaya Udang Windu. Jakarta: Penebar Swadaya
  • Supono. 2017. Teknologi Produksi Udang. Yogyakarta: Plantaxia

Tentang penulis:

Penulis artikel ini adalah Yoga Pramujisunu. Seorang lulusan dari program studi S1 Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga. Penulis memiliki pengalaman penelitian identifikasi kelimpahan bakteri yang terdapat pada budidaya udang vaname sistem intensif dan eksplorasi habitat lobster di Jawa Timur. Penulis juga memiliki pengalaman di berbagai organisasi seperti BEM FPK Unair, KAKEMA FPK Unair, HIMAPIKANI Wilayah IV, dan Maritim Muda Nusantara Daerah Jawa Timur.

Bagikan artikel ini
Ikuti Berita Terbaru JALA

Dapatkan pemberitahuan tips budidaya, update fitur dan layanan, serta aktivitas terkini JALA.