Melalui Masa Rawan Budidaya: DoC 0-30

Jala | Kalyca Krisandini

22 September 2023

Masa awal budidaya adalah saat yang terpenting bagi keberlangsungan hidup udang. Pada hari saat benur ditebar hingga hari ketiga puluh budidaya (DoC 0-30), udang perlu ditangani dengan cermat karena beberapa alasan. 

Mengapa DoC 0-30 disebut sebagai masa rawan budidaya?

Pada DoC 0-30, udang mengalami aklimatisasi atau penyesuaian dengan lingkungan baru. Proses ini meliputi penyesuaian terhadap suhu, oksigen terlarut (DO), dan salinitas. Perubahan lingkungan dari hatchery ke kolam budidaya ini kadang mengakibatkan udang mudah stres. Ketika stres, udang akan mengalami penurunan nafsu makan.

Nafsu makan yang menurun akan membuat udang rentan terkena penyakit, salah satunya EMS yang masih berkaitan dengan AHPND. EMS biasa terjadi pada DoC 0-30. Ketika sudah lewat 30 hari dan udang tidak menunjukkan tanda-tanda bermasalah, kemungkinan besar udang tidak terkena EMS.

Selain itu, pada DoC 0-30 udang lebih sering mengalami molting dibandingkan hari-hari sesudahnya. Ini dikarenakan molting cenderung terjadi antara 2 sampai 6 minggu awal budidaya. Molting sendiri merupakan salah satu tanda udang stres sehingga wajib diwaspadai. 

Dari segi manajemen pakan, petambak umumnya masih masih menerapkan blind feeding atau pakan buta pada DoC 0-30. Blind feeding adalah metode pemberian pakan yang tidak mengacu pada program pakan dan lebih bergantung pada kesediaan pakan alami di kolam. Maka dari itu, pemberian pakan harian di 30 hari awal tidak sebanyak pemberian setelah 30 hari sehingga kenaikan feeding rate tidak signifikan. 

Baca juga: Mengenal Dua Trik Manajemen Pakan: Blind Feeding dan Puasa

Melalui masa rawan budidaya

Karena beberapa alasan tersebut, DoC 0-30 disebut sebagai masa rawan budidaya. Tentunya petambak perlu memusatkan lebih banyak perhatian pada masa ini. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan petambak untuk melaluinya:

Menerapkan biosekuriti

Tidak dapat dipungkiri, biosekuriti merupakan tindakan penting dalam berbudidaya udang, apalagi pada masa awal budidaya. Biosekuriti membantu mencegah masuknya bibit penyakit, mencegah penyebarannya di tambak, dan menekan risiko kerugian akibat penyakit. Dengan menerapkan biosekuriti, udang dapat tumbuh sehat dan tahan penyakit di masa rawan budidaya.

Baca juga: Memahami Pentingnya Biosekuriti

Memerhatikan manajemen pakan alami

Pemberian pakan ke udang harus melibatkan feeding rate yang tergantung pada berat udang (Supono, 2019). Pada 30 hari awal budidaya, udang lebih membutuhkan pakan alami seperti fitoplankton atau zooplankton untuk berkembang. Menurut Putri dkk. (2020), keduanya berperan penting dalam memenuhi gizi udang di awal kehidupannya.

Memantau kondisi fisik dan perilaku udang

Saat masa rawan, petambak perlu memantau kondisi fisik udang dengan cara mengecek anco. Pengecekan dapat dilakukan pada DoC 15 atau 20 karena biasanya ukuran udang masih sangat kecil pada hari-hari sebelum itu. Selain mengecek kondisi fisik, petambak juga perlu memantau perilaku udang, termasuk gerakan udang, cara makan, dan apakah udang sedang mengalami stres. 

Dengan memantau aspek-aspek tersebut, petambak dapat mendeteksi adanya gejala yang tidak normal dan melakukan mitigasi sedini mungkin. Apalagi mengingat udang rentan mengalami stres dan terserang penyakit pada DoC 0-30 ini.

Menjaga kualitas air

Kualitas air adalah salah satu penentu keberhasilan budidaya sehingga wajib dikelola sebaik mungkin. Ini tidak terbatas pada kualitas air untuk jalannya budidaya saja, melainkan juga kualitas air sumber, baik dari sumur bor ataupun dari laut. Parameter fisika, kimia, dan biologi air harus tetap dalam kisaran ideal agar udang bisa tumbuh sehat sejak masa awal budidaya. 

Kisaran ideal parameter kualitas air dapat mengacu pada tabel berikut: 

 Parameter  Kisaran ideal
 Suhu  26-32oC
 Salinitas  15-30 ppt
 pH  7,5-8,5
 Oksigen terlarut  >4 ppm
 Alkalinitas  100-150 ppm
 Kecerahan  30-50 cm

Menilai performa DoC 0-30

Untuk menentukan performa 30 hari awal budidaya, petambak perlu melakukan sampling. Sampling pertama dapat dilakukan pada DoC 30 hingga 40. Tolak ukur sampling pertama adalah jika udang sudah mencapai size 300 atau memiliki bobot 3 gram per ekornya. 

Meskipun DoC 0-30 merupakan masa rawan budidaya, bukan berarti DoC berikutnya tidak penting dan diabaikan begitu saja. Seluruh tahap dalam budidaya udang membutuhkan penguasaan teknis dan wawasan terkait manajemen yang tepat. Sangat penting bagi petambak untuk menerapkan budidaya yang produktif berkelanjutan agar hasilnya nanti pun akan maksimal.

 

Referensi

Benar Menebar Benur | Kabar Udang

Putri, T., Supono, S., & Putri, B. (2020). Pengaruh Jenis pakan buatan Dan Alami Terhadap pertumbuhan Dan Kelangsungan hidup larva Udang VANAME (litopenaeus vannamei). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 8(2), 176–192. https://doi.org/10.36706/jari.v8i2.12760

Supono, S. (2019). Budidaya Udang Vaname Salinitas Rendah; Solusi untuk Budidaya di Lahan Kritis. Graha Ilmu.