Oxidation reduction potential (ORP) atau bisa disebut juga dengan potensial redoks merupakan sebuah hasil pengukuran kecenderungan atau kekuatan suatu larutan oksidator atau reduktor. Aliran elektron yang terukur merupakan reaksi oksidasi-reduksi. Pada proses transfer elektron tersebut tercipta detectable current (flow of electron) yang akhirnya disebut sebagai potensial redoks atau ORP.
Tingginya nilai positif potensial redoks mengindikasikan zat mengalami oksidasi yang tinggi. Semakin tinggi nilai negatif potensial redoks mengartikan zat tersebut tereduksi tinggi. Hasil pengukuran negatif menunjukkan sebaliknya, semakin rendah nilainya (semakin tinggi nilai negatifnya) semakin besar kemampuan reduksinya (deoxidizing).
Potensial redoks dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pH dan suhu. pH memiliki efek paling besar pada reaksi redoks. Berikutnya suhu, dimana kenaikan setiap 1℃ suhu menyebabkan kenaikan redoks.
Di tambak udang terjadi berbagai reaksi sebagai bagian dari proses biologi dan kimia. Reaksi kimia di tambak udang dimainkan oleh berbagai mekanisme. Reaksi oksidasi-reduksi merupakan salah satu yang penting.
ORP di tambak udang menurun akibat reduksi selama periode budidaya. Potensial redoks dapat dijadikan salah satu parameter penting dan instan serta indikator yang lebih baik dalam mengetahui penurunan kondisi dasar kolam. Saat laju sedimentasi meningkat maka nilai ORP mulai menurun dengan cepat karena sedimen memiliki potensial negatif.
ORP dapat memberikan alarm untuk dilakukan penggantian air, mengatur kembali aerator, aplikasi probiotik, atau kualitas air yang memburuk. Nilai ORP dapat mengindikasikan amonia rendah, tidak terjadi overfeeding, oxygen demand baik, dan sirkulasi air cukup. Akan tetapi, dibutuhkan banyak penjelasan kimiawi air untuk mengonfirmasinya.
Secara singkat ORP dapat menjadi gambaran kondisi aerasi tambak udang sudah baik atau perlu dilakukan penyesuaian. Pengukuran ORP sebaiknya dilakukan seperti pengukuran pH, yaitu dua kali dalam sehari. Pengukuran di pagi hari dilakukan untuk mengetahui kondisi di malam hari, dan di sore hari untuk mengonfirmasi jika manajemen air dan pakan dilakukan dengan benar.
Nilai ORP yang direkomendasikan untuk tambak udang adalah 200-250 mV. Jika nilai ORP mencapai -100 mV maka terindikasi sistem aerasi tidak berjalan dengan baik dan dapat memicu pada kematian udang.
Beberapa indikasi yang berkaitan dengan rendahnya nilai ORP di antaranya konsentrasi rendah DO. Permukaan sedimen yang gelap juga mengindikasikan redoks rendah akibat tingginya ion Fe2+ dan tingginya nitrat. Kemudian produksi sulfida (ditandai bau telur busuk) dapat terdeteksi saat potensial redoks sangat rendah.
Adanya aktivitas anaerobik (reduksi) menyebabkan tingginya konsumsi oksigen di dasar kolam oleh aktivitas mikroorganisme. Kondisi anaerob ini dapat mengarah pada difusi senyawa toksik tereduksi dari dasar sedimen ke kolom air yang dapat menyebabkan tingginya kebutuhan oksigen, penurunan kualitas ekosistem, dan merugikan pada pertumbuhan udang.
Untuk menjaga nilai ORP, petambak dapat fokus pada penjagaan konsentrasi DO yang cukup dengan menyeimbangkan kepadatan tebar dan rasio pakan dengan jumlah aerasi. Penempatan aerasi yang tepat dapat mencegah rendahnya nilai redoks. Pembuangan lumpur/sedimen kolam melalui central drain juga dapat dilakukan sebagai solusi dari rendahnya nilai ORP.