Sama seperti komoditas pangan lainnya, harga udang juga mengalami kenaikan dan penurunan yang dipengaruhi oleh prinsip supply-demand (penawaran-permintaan). Fluktuasi harga ini berpengaruh hingga level petambak karena harga jual udang dari tambak menjadi acuan waktu yang tepat untuk panen.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga pokok penjualan udang. Faktor-faktor tersebut antara lain:
Mayoritas faktor berkaitan dengan ongkos produksi udang yang berperan pada harga jual. Adanya metode atau teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas budidaya dipercaya dapat menurunkan ongkos produksi. Dengan turunnya ongkos produksi, petambak bisa mendapat keuntungan lebih besar.
Namun, faktor utama kenaikan maupun penurunan harga udang sebenarnya dipengaruhi oleh permintaan pasar. Harga udang di Indonesia masih sangat bergantung pada pasar ekspor. Sebagai bukti, harga udang pada awal masa pandemi COVID-19 sempat terjun bebas saat beberapa tujuan ekspor andalan Indonesia seperti Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa memutuskan untuk menutup sementara pasar seafood mereka. Berangkat dari masalah ini, diperlukan adanya peningkatan daya saing agar udang Indonesia memiliki opsi pasar ekspor yang lebih luas.
Harga memang menjadi faktor penting bagi petambak udang dalam memilih pembeli. Namun, sebaiknya petambak tidak terlalu terpaku pada satu pembeli agar dapat membandingkan harga dan berbagai penawaran terbaik. Penawaran terbaik pun tidak selalu dilihat dari selisih harga atau pembayaran tunai yang ditawarkan. Kepastian keamanan transaksi juga perlu diperhatikan. Selain itu, petambak juga harus memastikan bahwa buyer atau tim panen yang terlibat menggunakan teknis panen yang baik dan transparan.