Tips Budidaya

Menekan Biaya Produksi, Menjaga Margin Profit

Wildan Gayuh Zulfikar
Wildan Gayuh Zulfikar
26 Oktober 2023
reducing-production-costs-maintaining-profit-margins.jpg

Di tengah kondisi industri udang yang tidak menentu, risiko dalam bisnis budidaya udang tidak hanya tentang terserang penyakit. Namun, terdapat juga risiko finansial bisnis yang bahkan akan sama mengerikannya karena mengancam keberlangsungan bisnis. Risiko diartikan sebagai konsekuensi tidak menentu, biasanya berasal dari hasil yang tidak diinginkan akibat pengetahuan yang tidak sempurna.

Risiko dapat diminimalisir dengan mengurangi atau mengeliminasi ancaman yang muncul. Ancaman dari kondisi pasar dipicu dari tren penurunan harga udang yang akan menyebabkan penurunan pendapatan dari hasil produksi. Kenaikan harga input produksi juga akan semakin menggerus keuntungan petambak. 

Selain itu, ancaman juga bisa terjadi dari proses produksi yang berdampak pada hasil panen yang berantai pada kerugian secara finansial. Ancaman dalam produksi termasuk kondisi lingkungan yang tidak sesuai, kerusakan perlengkapan, rendahnya kualitas benur atau indukan, dan infeksi penyakit atau masuknya hama. Ancaman-ancaman tersebut dapat memicu bengkaknya biaya produksi sedangkan pendapatan tidak menentu.

Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi, dalam hal ini proses budidaya. Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, fixed cost atau biaya tetap dan variable cost atau biaya tidak tetap. Fixed cost dalam budidaya udang meliputi biaya sewa lahan, depresiasi nilai aset, dan gaji karyawan. Variable cost dalam budidaya udang meliputi biaya pakan, saprotam, dan energi (listrik dan BBM).

Apakah bisa menekan biaya tanpa mengurangi kualitas budidaya?

Menekan biaya produksi tanpa mengurangi kualitas budidaya dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama yaitu berdasarkan target budidaya, misalnya berdasarkan lama budidaya. Penentuan lama budidaya dan tingkat produksi dapat berpengaruh pada ongkos produksi. Semakin tinggi level budidaya, semakin besar juga ongkosnya, terutama dari aneka ragam dan kuantitas input yang diperlukan.

Level budidaya juga berkaitan dengan luas area tambak. Biaya produksi akan semakin besar mengikuti luas area tambak. Namun, biaya pakan akan selalu menjadi komponen terbesar dalam variable cost atau biaya operasional. Pakan merupakan biaya operasional tertinggi dalam budidaya udang, yaitu mencapai 60% dari total biaya operasional.

Manajemen komprehensif pada manajemen pakan sangat diperlukan, dimulai dari pemilihan pakan berkualitas, pemberian pakan yang efisien, dan penjagaan kesehatan udang, yang akan meningkatkan efisiensi pakan dan mewujudkan keuntungan secara ekonomis dari udang yang dipanen. Mengupayakan manajemen pakan yang baik akan berkontribusi besar pada efisiensi biaya produksi.

Pos berikutnya adalah biaya energi. Naiknya biaya energi terjadi saat budidaya berlangsung, yaitu untuk biaya listrik. Saat budidaya berlangsung, aerasi harus berjalan konstan. Kebutuhan aerasi semakin meningkat sejalan dengan semakin tingginya kepadatan tebar. Penggunaan aerator yang berkualitas dengan efisiensi energi yang digunakan dapat berperan menekan ongkos produksi, tentu tanpa mengurangi kecukupan oksigen bagi udang yang dibudidayakan.

Menekan biaya produksi sejak perencanaan

Untuk menjaga efisiensi ekonomi dari tambak udang, direkomendasikan untuk menggunakan benur berkualitas, metode yang meminimalisir biaya bahan kimia, monitor persebaran penyakit, memperbaiki penggunaan energi, dan manajemen budidaya yang lebih baik. Selain itu, pertimbangkan tingkat intensifikasi budidaya dengan merefleksikan kemampuan yang dimiliki.

Tebaran terlalu tinggi membuat risiko yang dihadapi juga semakin tinggi. Hal tersebut sebanding dengan risiko untuk kehilangan pendapatan semakin besar. Solusinya adalah dengan menurunkan jumlah tebaran atau menerapkan budidaya dengan umur yang lebih pendek juga dapat meningkatkan efisiensi energi. Pertumbuhan udang yang baik, efisiensi pakan, dan bebas dari infeksi penyakit dapat berdampak pada efisiensi energi dari penggunaan aerator atau kincir.

Ukuran kolam dan pengalaman petambak maupun tim teknis budidaya secara positif berpengaruh pada efisiensi finansial bisnis tambak udang. Tingkat pengetahuan atau pengalaman karyawan dalam produksi juga berperan dalam menekan risiko dalam produksi.

 

Referensi:
Examining energy use in shrimp farming | Responsible Seafood Advocate
Kam, L. E. and P. Leung. 2008. Financial Risk Analysis in Aquaculture. In M.G BondadReantaso, J. R. Arthur and R. P. Subasinghe (eds). Understanding and applying risk analysis in aquaculture. FAO Fisheries and Aquaculture Technical Paper. No. 519. Rome, FAO. pp. 153–207.
Nguyen, K. A. T., T. A. T. Nguyen, C. Jolly, and B. M. Nguelifack. 2020. Economic Efficiency of Extensive and Intensive Shrimp Production under Conditions of Disease and Natural Disaster Riks in Khanh Hoa and Tra Vinh Provinces, Vietnam. Sustainability, 12: 1-19. doi:10.3390/su12052140
Strategies to improve feed efficiency in shrimp farming | Alltech
Bagikan artikel ini
Ikuti Berita Terbaru JALA

Dapatkan pemberitahuan tips budidaya, update fitur dan layanan, serta aktivitas terkini JALA.