Tips Budidaya

Mengenal Jenis Bakteri Vibrio di Tambak Udang

Syavin Pristiwayuning Rachmadhany
Syavin Pristiwayuning Rachmadhany
26 Oktober 2023
types-of-vibrio-bacteria-in-shrimp-pond.jpg

Bakteri patogen penyebab berbagai penyakit pada udang

Bakteri Vibrio merupakan bakteri bersifat patogen yang sering menginfeksi udang vaname (Litopenaeus vannamei). Penyakit yang disebabkan bakteri Vibrio menjadi satu masalah yang menghambat proses produksi di tambak. Bakteri inilah yang menyebabkan beberapa penyakit udang seperti Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND), White Feces Disease (WFD) dan Vibriosis pada udang.

Proses monitoring pada budidaya sangat penting untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin sehingga dapat meminimalisir risiko. Monitoring keberadaan bakteri dilakukan dengan cara mengamati jenis-jenis bakteri Vibrio, total bakteri, dan mengaitkannya dengan data kualitas air serta data pertumbuhan.

Warna koloni bakteri Vibrio

Bakteri Vibrio dapat dikelompokkan berdasarkan warna koloninya. Warna tersebut dapat teridentifikasi di laboratorium. Setiap warna koloni memiliki karakter tersendiri.

Warna koloni kuning

Koloni berwarna kuning merupakan bakteri Vibrio cholerae. Koloni yang membentuk warna kuning disebabkan oleh bakteri yang memfermentasi sukrosa dan menurunkan pH sehingga menyebabkan kondisi asam.

Warna koloni hijau

Koloni berwarna hijau merupakan bakteri Vibrio yang tumbuh dari Vibrio parahaemolyticus. Koloni yang membentuk warna hijau disebabkan oleh jenis bakteri Vibrio yang tidak dapat memfermentasi sukrosa. Vibrio parahaemolyticus pada perairan dapat menyebabkan infeksi yang masuk melalui luka pada eksoskeleton dan menyebar melalui hemolymph.

Warna koloni hitam

Warna koloni hitam disebabkan oleh bakteri Vibrio damsela yang sedang tumbuh. Jika koloni bakteri berwarna hitam, bakteri tersebut memproduksi H2S. Vibrio damsela pada perairan merupakan indikasi adanya Vibriosis. Bakteri ini akan tumbuh ketika udang terinfeksi Vibriosis.

Warna koloni berpendar (luminescent)

Warna koloni yang menyala atau berpendar (luminescent) menjadi tanda adanya bakteri Vibrio harveyi yang tumbuh. Koloni berpendar yang disebabkan oleh Vibrio harveyi menunjukkan kandungan bahan organik yang tinggi. Koloni ini disusun oleh Vibrio harveyi yang memiliki gen Lux-n. Gen Lux-n merupakan gen yang bertanggung jawab untuk berpendar atau mengeluarkan cahaya.

Batas maksimal total bakteri Vibrio

Batas maksimal total Vibrio dari koloni kuning, hijau, hitam, dan luminescent tidak lebih dari 1 x 104 CFU/ml. Sedangkan, batas maksimal total bakteri adalah 1 x 106 CFU/ml. Penanganan Vibrio dapat dilakukan dengan melihat perbandingan Total Vibrio Count dengan Total Bacteria Count (TBC), yaitu tidak melebihi 1% dari TBC. Total Vibrio yang melebihi 1% akan menyebabkan infeksi Vibriosis. 

Apabila total Vibrio lebih tinggi daripada total bakteri, maka dapat dilakukan penambahan bakteri Bacillus dan pergantian air. Penambahan bakteri Bacillus dilakukan karena bakteri Bacillus dapat menekan pertumbuhan Vibrio. Bakteri Bacillus memiliki kemampuan menghasilkan antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. 

Untuk memastikan kesuksesan budidaya udang di tambak Anda lebih lanjut, Anda harus terus mengawasi parameter kualitas air tambak Anda. Kabar baiknya, Anda bisa melakukannya di JALA App!

JALA App dapat membantu Anda mencatat, memantau, dan memahami kondisi budidaya dengan lebih mendalam dan praktis. Daftarkan diri Anda segera di app.jala.tech dan unduh versi mobile-nya di Google Play Store atau App Store untuk memulai perjalanan budidaya Anda bersama JALA!

Referensi:

  • ‘Alawiyyah, T., Budiharjo, A., & Suprihadi, A. 2017. Isolasi, Enumerasi Dan Deteksi Molekuler Gen Toxr Pada Bakteri Vibrio parahaemolyticus Dari Tambak Udang Vannamae Di Rembang. Jurnal Biologi, 6(3), 96–102.

  • Aguilera Rivera, D., Prieto-Davó, A., Rodríguez-Fuentes, G., Escalante-Herrera, K. S., & Gaxiola, G. 2019. A vibriosis outbreak in the Pacific white shrimp, Litopenaeus vannamei reared in biofloc and clear seawater. Journal of Invertebrate Pathology, 167(1), 1–7. 

  • Anjasmara, B., Julyantoro, P. G. S., & Suryaningtyas, E. W. 2018. Total Bakteri dan Kelimpahan Vibrio pada Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Sistem Resirkulasi Tertutup dengan Padat Tebar Berbeda. Current Trends in Aquatic Science I, 1(1), 1–7. 

  • Evan, Y., Indrawati, A., & Pasaribu, F. H. 2021. Pengembangan Uji Cepat Metode Koaglutinasi Untuk Mendeteksi Antigen Vibrio parahaemolyticus Penyebab Penyakit Vibriosis Pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Biodidaktika: Jurnal Biologi Dan Pembelajarannya, 16(1), 45–57.

  • Handayani, S., Dwinanti, S. H., & Hadi, P. 2020. Pemanfaatan Sari Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) pada Pemeliharaan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) untuk Menekan Populasi Bakteri Vibrio sp . Koloni Hijau. Jurnal Sains Teknologi Akuakultur, 3(1), 33–41.

  • Hoar, Y., Salosso, Y., & Santoso, P. 2020. Identifikasi Parasit dan Bakteri Vibrio pada Kerang Darah (Anadara granosa) di perairan Tanah Merah, Kecamatan Kupang Tengah. 3(2), 57–66.

  • Marbun, J., Harpeni, E., & Wardiyanto, W. 2019. Penanganan penyakit white feces pada udang vaname Litopenaeus vannamei menggunakan aplikasi pakan yang dicampur ekstrak lengkuas merah Alpinia purpurata k. schum. Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir Dan Perikanan, 8(2), 76–86. 

  • Puspitasari, I., Mulyasari, C. D., & Yudayana, I. G. R. 2020. Korelasi Populasi Vibrio Terhadap Faktor Lingkungan Pada Kolam Pemeliharaan Larva Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di Situbondo, Indonesia. Jurnal Chanos Chanos, 18(2), 73–81.

  • Soemarjati, W., Yuliana, E., & Warlina, L. 2021. Analisis Daya Dukung Perairan Laut Untuk Budidaya Ikan Dalam Karamba Jaring Apung Di Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan Dan Kelautan, 2(2), 63–81.

  • Sumardi, S., Farisi, S., Ekowati, C. N., & Oktalia, S. A. 2019. Co-Culture Anoxygenic Photosynthetic Bacteria With Bacillus sp. Isolated From Hanura Beach Against Vibrio sp. Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen Dan Keanekaragaman Hayati, 6(2), 62–70. 

Tentang Penulis:

Penulis berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Penulis merupakan mahasiswa aktif Program Studi Akuakultur Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam Universitas Airlangga. Saat ini penulis sedang melakukan tugas akhir. 

Bagikan artikel ini
Ikuti Berita Terbaru JALA

Dapatkan pemberitahuan tips budidaya, update fitur dan layanan, serta aktivitas terkini JALA.