Budidaya Udang Sistem Bioflok

Jala | Wildan Gayuh Zulfikar

26 September 2023

Menjaga kualitas air adalah pekerjaan besar dalam budidaya udang. Berbagai metode dikembangkan dan masing-masing petambak memiliki preferensi dalam menggunakan metode budidaya dan membuat SOP-nya. Salah satu metode yang cukup berkembang adalah metode atau sistem bioflok. Metode ini pada dasarnya adalah pergeseran sistem autotrof menjadi heterotrof.

Pengertian budidaya udang sistem bioflok

Membentuk bioflok di kolam artinya membentuk koloni dalam berbagai macam spesies, dengan kumpulan bioflok yang terdiri dari bakteri, jamur, protozoa, alga, dan cacing. Proses flok yang menggunakan senyawa nitrogen sebagai pakan udang adalah suatu simbiosis yang dapat menstabilkan kualitas air dan mendukung pertumbuhan udang secara cepat.

Bioflok merupakan kumpulan berbagai mikroorganisme seperti bakteri, fungi, protozoa, fitoplankton, dan bahan organik dari limbah yang tidak terdekomposisi. Teknologi bioflok ramah lingkungan karena dapat memanfaatkan kembali limbah dari sisa pakan dan bahan organik lainnya untuk didekomposisi menjadi koloid organik. Perombakan bahan organik tersebut akan membentuk floc yang dapat digunakan udang sebagai sumber protein.

Konsep dasar bioflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik yang mengandung senyawa karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sedikit fosfor menjadi masa sludge berupa bioflok dengan menggunakan bakteri pembentuk flok yang menyintesis biopolimer sebagai ikatan bioflok. Tujuan utama teknologi bioflok adalah memanfaatkan limbah nitrogen anorganik dalam kolam budidaya menjadi nitrogen anorganik yang tidak bersifat toksik. Sistem bioflok menekankan pada penumbuhan bakteri pada kolam untuk menggantikan komunitas autotrofik yang didominasi oleh fitoplankton.

Ciri-ciri bioflok:

  1. Minim pergantian air
  2. Adanya penambahan sumber karbon untuk meningkatkan bakteri heterotrof
  3. Menekankan rasio C:N pada sistem
  4. Limbah nitrogen dikonversi menjadi suspense solid tinggi konsentrasi yang dapat menjadi pakan tinggi protein
  5. Adanya pengadukan dan aerasi yang baik untuk mengatasi tingginya BOD dalam sistem

Implementasi sistem bioflok

Penerapan sistem bioflok dari tahap persiapan hingga panen adalah dengan menjaga konsentrasi TAN dan senyawa organik nitrogen lainnya untuk dikonversi menjadi biomassa bakteri heterotrof. Konversi akan terjadi saat rasio antara karbon organik dan nitrogen (C/N ratio) berada pada 10-20. Bakteri heterotrof bersama partikel organik lainnya membentuk bioflok yang mengandung nutrisi seperti protein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Bioflok akan dimanfaatkan oleh udang sebagai bagian dari pakannya. Sistem ini akan meminimalisir penggunaan air sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi.

Penting diperhatikan bahwa pembentukan bioflok harus didesain dari awal karena pergeseran komunitas dari dominansi autotrof menjadi heterotrof diupayakan terjadi sedini mungkin. Apabila didesain dari awal, sistem autotrof sudah sedemikian kuat, plankton sudah blooming dan sangat sulit untuk menggesernya. Pergeseran komunitas di pertengahan budidaya berisiko menyebabkan udang stress dan tidak nyaman. Dalam kondisi tersebut, udang menjadi rentan terkena penyakit.

Molase dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan C/N rasio. Perlakuan ini biasanya diterapkan pada budidaya dengan sistem bioflok. Bioflok diperoleh dengan pengaturan rasio C/N >10:1, dicapai dengan penambahan sumber karbon (C), salah satunya dari molase.

Penambahan sumber karbon selanjutnya juga akan meningkatkan populasi bakteri heterotrof di air dan sedimen tambak. Meningkatnya populasi bakteri heterotrof bisa ditandai dengan berkurangnya busa yang biasanya muncul di permukaan dan perubahan warna air yang biasanya hijau menjadi coklat. Metode bioflok ini juga bertujuan menurunkan kadar protein terbuang dari pakan sehingga dapat meminimalisir beban limbah budidaya.

Rasio C:N dihitung dengan mempertimbangkan input N yang berasal dari pakan, kemudian menyesuaikan rasio karbon (C) dengan menambahkan sumber C misalnya molase. Banyaknya input pakan berkaitan erat dengan memburuknya kualitas air. Semakin padat tebaran, semakin tinggi input pakan. Protein pakan relatif tinggi (>30%) menghasilkan limbah utama berupa amonia dan partikel organik. Bakteri heterotrof mengkolonisasi partikel limbah organik serta menyerap nitrogen, fosfor, dan nutrisi lain dari air. Bakteri heterotrof mempunyai kemampuan untuk menyintesis protein dari karbon organik dan amonia.

Bioflok akan terbentuk jika rasio C:N dalam kolam lebih dari 15. Amonia dan nitrit dalam sistem ini dapat ditekan dan dimobilisasi menjadi nitrogen organik dalam bentuk protein sebagai biomassa bakteri, salah satunya juga berasal dari protein pakan yang tidak termakan udang. Dalam pembentukan floc, oksigen yang cukup dan pH yang tidak terlalu rendah sangat diperlukan. Konsentrasi oksigen minimal 4 ppm dan pH pada kisaran 7,3-8,3. Aktivitas bakteri akan menghasilkan gumpalan-gumpalan yang dapat dimanfaatkan oleh udang.

Floc terbentuk dengan bantuan bakteri yang mampu mendekomposisi limbah bahan organik. Beberapa jenis bakteri yang dapat dilibatkan sebagai agen bioflocculant antara lain Zoogle ramigera, Paracolobacterium aerogenoids, Bacillus subtillis, Bacillus cereus, Flavobacterium, Pseudomonas alcaligenes, Sphaerotillus natas, Escherichia intermedia dan lain sebagainya. Beberapa jenis dari bakteri probiotik seperti Nitrosomonas dan Nitrobacter juga dapat membentuk bioflok. Bakteri-bakteri ini sebenarnya sudah ada dari media pemeliharaan (air tambak), tetapi untuk meningkatkan dampak dan efektivitasnya petambak juga menambahkannya melalui aplikasi probiotik. Perlu diperhatikan juga metode dan pemilihan probiotik yang tepat agar efektivitas penggunaannya dapat dirasakan keuntungannya.

Kelebihan dan kekurangan sistem bioflok

Kelebihan penggunaan sistem bioflok dalam budidaya udang di antaranya dapat meminimalisir pergantian air dan meningkatkan efisiensi pakan. Namun, dalam implementasinya penggunaan sistem bioflok dalam budidaya udang memerlukan kontrol yang ketat untuk menjaga rasio C:N.

Bioflok mempunyai potensi besar untuk dikembangkan karena dapat menjadi solusi dalam memperbaiki kualitas air, khususnya amonia, oksigen terlarut, alkalinitas, dan pH. Penggunaan teknik bioflok dapat memberikan keuntungan dalam mempertahankan kualitas air dan efisiensi pakan hingga 10-20%.

 

Referensi:

Boyd, C. E., and C. S. Tucker. 1998. Pond Aquaculture Water Quality Management. Springer Science+Business Media. New York.

Kusdaryanto, R. 2018. Sistem Bioflok untuk Budidaya Vaname yang Lebih Optimal. MS Bulletin Vol. 40. Hal: 16-18.

Pantjara, B. A. 2010. Nawang, Usman, dan Rachmansyah. Budidaya Udang Vaname Sistem Bioflok. Media Akuakultur, 5(2):93-97

Supono. 2017. Teknologi Produksi Udang. Plantaxia. Yogyakarta.

Supono. 2018. Manajemen Kualitas Air Untuk Budidaya Udang. AURA. Bandar Lampung.