Usaha di bidang akuakultur terutama budidaya udang semakin diminati oleh masyarakat karena tingginya permintaan udang di pasar. Saat ini, Indonesia tengah berupaya memenuhi permintaan udang dunia. Upaya ini menjadikan Indonesia salah satu dari lima besar produsen udang terbesar di dunia. Hal tersebut semakin menguatkan fenomena meningkatnya popularitas industri akuakultur di Indonesia.
Di Indonesia, usaha tambak udang vaname banyak dilakukan masyarakat di daerah pesisir, contohnya Purworejo, Banyuwangi, Cilacap, Cirebon, Jembrana, Lampung, dan sebagainya. Daerah-daerah tersebut adalah daerah di mana industri udang berkembang cukup pesat.
Meskipun perkembangannya cukup pesat, budidaya udang dihadapkan pada berbagai hal krusial. Apabila tidak diperhitungkan dengan baik, petambak akan kesulitan menjalankan budidaya. Berikut adalah hal-hal penting yang perlu diperhatikan sebelum memulai usaha budidaya udang.
Usaha budidaya udang membutuhkan banyak persiapan. Persiapan tersebut meliputi beli/sewa lahan, konstruksi kolam, instalasi listrik, pembuatan mess, persiapan alat-alat yang akan digunakan, dan sebagainya. Seluruh persiapan ini tentu membutuhkan modal awal yang cukup besar. Besarnya modal awal akan ditentukan dari luas lahan budidaya.
Budidaya udang memiliki sifat high profit, high risk. Artinya, meskipun keuntungan yang dituai dari bisnis ini tinggi, risiko yang ditanggung juga tinggi. Margin penjualan hasil panen udang termasuk yang tertinggi dibanding komoditas akuakultur lainnya seperti bandeng, rumput laut, nila, dan lain sebagainya. Profitabilitas tambak udang yang tinggi diiringi oleh berbagai risiko yang mengancam keberlangsungan budidaya udang.
Biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalankan usaha budidaya udang vaname cukup besar. Hal ini dikarenakan jumlah kebutuhan budidaya yang tidak sedikit, contohnya pakan, benur, bahan kimia, probiotik, dan sebagainya. Selain itu, petambak juga perlu mengeluarkan biaya untuk jasa pengecekan di laboratorium. Besar kecilnya pengeluaran bergantung pada beberapa hal, antara lain sistem budidaya, padat penebaran, Survival Rate, dan Feed Conversion Ratio (FCR).
Budidaya udang, yang termasuk dalam kategori budidaya makhluk hidup, berisiko menghadapi ancaman penyakit. Ancaman ini harus dicegah demi menghindari kerugian budidaya. Selain itu, usaha tambak udang yang umumnya ditemukan di daerah pesisir menyebabkan tambak rawan terdampak fenomena alam. Berbagai fenomena alam seperti banjir rob atau air laut pasang sering ditemui di daerah pesisir. Jika salah memilih lokasi, fenomena alam ini dapat merusak tambak.
Harga udang di pasar cukup fluktuatif karena sangat dipengaruhi oleh keadaan pasar. Fluktuasi ini disebabkan oleh tinggi rendahnya permintaan udang di negara pengimpor. Jika tingkat konsumsi udang di negara pengimpor meningkat, permintaan pun semakin tinggi dan harga udang meningkat. Sebaliknya, jika permintaan rendah, harga udang akan menurun.
Budidaya udang merupakan usaha yang cukup kompleks. Sebelum memulai usaha budidaya udang vaname, calon petambak perlu mempertimbangkan berbagai hal di atas. Meski demikian, apabila budidaya direncanakan dan dijalankan dengan manajemen yang baik, tidak sulit untuk meraih keberhasilan.